Rss Feed
    Tampilkan postingan dengan label Sharing. Tampilkan semua postingan
    Tampilkan postingan dengan label Sharing. Tampilkan semua postingan
  1. Siswaku Anak Gifted

    Rabu, 28 September 2022

     



    Pembicaraan di suatu siang bersama salah seorang bekas wali murid membekas di pikiran saya. Membuat saya kembali membuka novel “ Gifted”. Sebuah pembicaraan yang seru berkisah tentang tingkah laku anaknya yang sering dianggap aneh sejak SD. Si ibu bercerita dengan penuh haru dan pastinya dengan banyak ekspresi berkaca-kaca.


    “Bu, anak saya itu bukan anak biasa. Sejak kecil dia sakit-sakitan yang membuat saya bingung. Tingkah laku dan pembicaraannya pun aneh. Itu yang membuat anak saya sering dibully. Sering pulang sekolah saya dapati bekas telapak sepatu di baju seragamnya waktu SD dulu. Siapapun yang melihatnya pasti marah dan sedih. Omongan dia yang dianggap aneh membuat banyak saudara meminta saya untuk cari tahu sebenarnya anak saya kenapa. Di suruh ke dokter jiwa lah, ke ustadz agar dirukyah bahkan dulu sewaktu SD, gurunya nyerah dan nyuruh saya menyekolahkan di sekolah luar biasa saja” cerita si Ibu dengan sesekali terisak.

    Tahukah sobat, apa yang terjadi dengan anak itu? Bekas murid saya itu sejak SD sering menulis hal-hal yang tidak wajar tentang bumi dan kehidupan. Bahkan sering berbicara aneh tidak sesuai dengan usianya.

    Ada satu hal yang buat saya terpukau, yakni cerita si Ibu tentang khayalan anaknya sewaktu kelas 2 SD. Dia pengin buat smartphone yang kalau digeser layarnya muncul bayangan orang yang kita hubungi. Padahal waktu itu belum muncul yang namanya smartphone, lho! gawai berkamera, touchscreen apalagi yang bisa buat video call seperti sekarang ini. Bayangkan jika khayalan itu diucapkan seorang anak SD usia 7 tahun saat itu pastilah dianggap aneh, kan , Sob?. Dan beberapa tahun kemudian si Ibu kaget lihat imaginasi anaknya muncul di tekhnologi film “Ironman” persis seperti khayalan anaknya dulu.

     Selanjutnya si Ibu cerita tentang tingkah laku anaknya hampir sama seperti karakteritik yang pernah saya baca di novel Gifted.

    Tahukah sobat apa itu  anak giftedGift berarti hadiah. Anak gifted bisa diartikan anak yang mendapatkan anugerah atau hadiah dari Tuhan berupa sebuah kecerdasan tertentu atau kemampuan luar biasa diatas ambang normal anak-anak seusianya.

    Pernah dengar ada anak kecil yang pandai 13 bahasa asing, padahal tidak ada yang mengajari? atau kisah orang terkenal Albert Einstein yang mengalami kesulitan dengan sosial interaksi, memiliki sensitivitas taktil, sulit belajar sekolah namun sangat cerdas, bisa menemukan teori Relativitas yang tidak pernah orang pelajari sebelumnya? Merekalah orang gifted.

    Pada kasus siswa saya, persis seperti itu. Kesulitan berkomunikasi yang buat dia sering dibully. Teman-teman sekolahnya menganggap dia aneh. Bahkan mungkin gurunya juga.  Namun satu hal kelebihan dia yaitu computer science.

    Saking penasarannya saya bertemu sendiri dan ngepoin apa yang dia bisa. Melongo, kaget, terpukau saya melihat hasil karya dia. Tidak nyangka ada murid saya yang bisa seperti itu. Keistimewaan apa yang dia bisa? biarlah hanya orang terdekatnya saja yang tahu. Takut hidupnya akan terganggu dan kemampuannya disalahgunakan untuk hal tidak baik. Saya berharap dia tidak jatuh di tangan orang yang salah. Syukurlah setelah lulus SMK dan menjadi mahasiswa, sekarang dia menemukan seorang professor yang mengerti keadaannya. Hidupnya jadi lebih terarah, dia lebih percaya diri. Apalagi sekarang dia dipercaya jadi asisten dosen termuda di almamaternya.

    Sobat...Ada pelajaran penting bagi diri saya untuk tidak menyepelekan kemampuan siswa. Setiap siswa istimewa dan pasti punya kemampuan yang berbeda. Seorang guru seharusnya memang belajar psikologi perkembangan anak didik secara benar. Termasuk belajar mengenai psikologi fenomena langka yang muncul di diri anak didiknya, agar potensinya terus berkembang dengan penanganan yang tepat.

    Tetapi jika guru salah mendeteksi apalagi memberikan penanganan yang tidak tepat yang bisa menurunkan potensi siswa, bisa jadi mereka memutus rantai generasi yang bisa memajukan bangsa ini.

    Ada harapan besar buat siswa saya tersebut. Semoga dia selalu berada di jalan yang benar dan  kelebihannya bisa bermanfaat buat bangsa tentunya.


  2. Kenapa Saya Ikut Gemari

    Minggu, 04 Oktober 2020

     Assalamualaikum wr wb.

    Gemari alias gemar rapi. Dengar kata gemar rapi apa yang ada dalam pikiranmu teman? Asli asyik ya, bikin joy gitu, kalau apa yang kita lihat rapi , enak dipandang.

    Saya cenderung orang yang tidak rapian. Berbeda dengan suami yang suka rapi, he... Tapi meski begitu, beliau tidak komplain kalau saat pulang kerja rumah dalam keadaan yang tidak sesuai yang diinginkan. Menerima banget kekurangan kelebihan istri. Tapi ada sebalnya juga, beliau sebal kalau lihat istrinya bingung saat cari barang. Tahu hubungannya kan teman? orang yang nggak suka rapi jadi suka bingung cari barang? Hihihi...

    Saya juga sebal dengan diri saya sendiri, kekurangan saya itu jadi buat banyak kerugian. Rugi waktu, pikiran dan lain-lain. Untuk itu  sedikit-dari sedikit mulai belajar rapi-rapi.

    Usaha saya ini tidak kaleng-kaleng, lho. Beneran saya belajar tentang ilmu rapi-rapi yang terkenal dari Jepang, lewat buku KonMarie, Marie Kondo. Dan mulai terlihat lebih baik. Baju-baju sudah saya set sesuai yang saya pelajari. Barang-barang juga mulai tertata meski belum begitu sempurna sesuai yang saya inginkan.

    Tapi, sayang kalau hidup rapi ini hanya muncul saat mood baik. Saat bad mood, OMG jadi kembali lagi. Jadi berpikir gitu, gimana caranya biar saya jadi konsisten rapi-rapi.

    Lalu terlintas pikiran bagaimana kalau saya ikut kursus online  rapi-rapi saja? Saya coba googling tentang ini. Dan Alhamdulillah muncullah banyak testi peserta Gemari. Fix, saya tekadkan menyisihkan uang buat ikut kursus ini. Bismillah, semoga ke depan sayabisa konsisten, menata diri, menata keluarga biar lebih joy dalam segala hal.


     Oiya selain ibu rumah tangga saya juga mengajar di salah satu SMK di kota saya. Saat pandemic dan harus SFH kalau dipikir ada banyak waktu untuk menata-nata. Nyatanya lebih semrawut. SFH membuat saya harus fokus buat konten belajar, juga mengajar anak di rumah. Ibaratnya kalau biasanya habis mengajar di rumah bisa istirahat, kalau ini tidak. Selain membuat bahan ajar online, saya juga harus 24 jam melayani chatt anak didik, mengecek siswa yang jarang aktif juga tugas-tugas mereka yang tidak berkesudahan. Tapi sekali lagi kita niatkan ini sebagai bentuk tanggung jawab juga ibadah biar apa yang saya lakukan berkah, aamiin...



  3. Sebagai guru SMK yang biasa bergumul dengan mereka, saya tahu betul karakter anak didik saya. Pemberian tugas yang mudah dan biasa saja suka buat mereka bosan. 


    Dalam mengajarkan Writing misalnya, sering kali tugas yang diberikan tidak ditanggapi dengan baik, dalam artian mereka mengerjakan seadanya saja. Bahkan lebih pada aksi menjiplak tulisan temannya. 

     
    Contohnya ketika diberi tugas membuat text, mereka hanya menuliskannya pada buku tugas atau kertas folio yang dikumpulkan, setelah itu hilang begitu saja. Tugas yang diberi dengan sedikit pengalaman bisa dikatakan hanya sedikit mengendap dalam pemikiran mereka. Untuk itu mereka perlu diberi sebuah tantangan.

     
    Beberapa waktu yang lalu, saya memberi mereka tugas yang lebih berat. Saat itu kami membahas tentang materi Narrative text. Seperti kita ketahui Narrative text dikenal sebagai text yang berisi cerita rakyat atau legenda. Text ini bertujuan menghibur para pembacanya.

     
    Jikalau saya hanya memberi mereka tugas seperti pada seniornya di tahun-tahun sebelumnya seperti yang sudah-sudah, itu terasa kurang berkesan. Oleh karena itu tantangan berupa tugas membuat buku cerita Pop-Up yang nantinya hasil karya mereka dipamerkan bisa membuat mereka explore lebih.  

     
    Buku Pop Up yang dikenal sebagai movable book atau buku bergerak selalu menarik perhatian bagi setiap pembaca di segala umur. Hal ini dikarenakan  ada “kejutan” yang dinantikan di setiap halaman yaitu sebuah dimensi atau elemen yang “pop” atau muncul. Konstruksi  pop tiga dimensi dibuat secara ahli dengan tingkat akurasi yang sempurna agar dimensi yang dimunculkan pas ketika dibuka atau ditutup. 


     
    Membuat sebuah pameran buku cerita Pop  Up berbahasa Inggris yang ditujukan bagi siswa bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang rumit, teliti dan diperlukan ketelatenan. Apalagi jika program sekolah tersebut diaplikasikan bagi  siswa SMK yang notabene mereka lebih tertarik pada bidang produktif atau kejuruan. Namun proses yang tidak mudah itulah yang menjadi sebuah tantangan bagi mereka. 

     
    Beberapa murid saya berkemampuan bahasa Inggris biasa saja, namun mereka punya passion spesial, yaitu menggambar. Terkadang passion mereka ini akhirnya menjadi kurang potensial karena kurang disalurkan. Dengan adanya pameran buku cerita Pop Up ini tampaknya menjadi hal yang tepat dimana anak yang bagus writingnya namun kurang bisa menggambar bisa berkolaborasi dengan mereka yang berbakat dalam seni menggambar.

     
    Tahap Menulis Cerita

     Sebelum karya mereka dipamerkan, tentunya ada prosesnya dulu. Tahap awal adalah penguasaan materi Narrative. Mereka mengulas tentang materi dalam sebuah reading comprehension, kemudian masuk dalam tahap writing.

     

    Tahap writing ini siswa diberi tahu cara  membuat textnya. Menentukan tema cerita, menuliskan karakter dalam cerita dan alur cerita yang akan ditulis. Kesemuanya dilakukan secara berpasangan, hanya 2 orang siswa perkelompoknya. Selanjutnya tulisan yang sudah jadi saya check & recheck. 

     
    Tahap Pembuatan Pop Up

     

    Buku cerita Pop Up in sangat spesial karena bentuk dan isi yang berbeda dengan buku cerita biasa. Bagi anak-anak, buku ini pasti disenangi. 
     


    Membuat buku Pop Up diperlukan ketelitian dan ketelatenan, karena konstruksi  pop tiga dimensi harus sempurna agar dimensi yang dimunculkan pas ketika dibuka atau ditutup. Sebelum membuat Pop Up siswa-siswa saya ajarkan membuat V fold, atau lipatan-lipatan dalam buku itu. Karena itu saya buat contoh terlebih dahulu. Selain itu saya juga memberi mereka link video dari seniman Pop Up terkenal dunia, yang bernama Robert Sabuda. Saya pun memberikan kemudahan jika konstruksi tiga dimensi yang akan dibuat berasal dari template yang sudah ada di beberapa situs internet.

     
    Tahap Pameran.


     

    Dalam membuat pameran buku cerita Pop Up ini saya minta bantuan Waka Kesiswaan agar bisa dimasukkan dalam program hari Kartini. Karena itu kami bekerja sama dengan anggota osis. Sebelum pelaksanaan, para anggota osis ini yang mendesain ruangan sehingga tampak menarik datangnya para pengunjung.

     

    Tak disangka pula, karena antusias dan hasil karya yang bagus, sekolah juga memberi perhatian lebih dengan memberi reward uang bagi juara 1,2,3 juga 5 juara harapan.  Hasil yang dipamerkan pun melebihi expektasi, bagus-bagus. Buku yang dibuat benar-benar handmade dengan sentuhan warna yang pas pula. Sangat sulit untuk menentukan siapa yang pantas mendapat hadiahnya. 

     
    Ada sebanyak 200 an buku Pop Up yang dibuat. Sekitar 50 buku masuk menjadi penghuni perpustakaan sekolah, sedang selebihnya kami sumbangkan di perpustakaan desa dan perpustakaan penggerak literasi.  
     

     
    Program pembuatan buku tersebut awalnya hanya sebagai tugas untuk pelajaran Bahasa Inggris,  akhirnya mampu menjadi umpan bagi mereka. Dan dari sinilah saya bisa melihat banyak bakat muncul, dimana banyak siswa yang pendiam ternyata berbakat menjadi penulis. Ada juga yang sering kita pandang remeh karena tidak secemerlang siswa yang lain dalam bahasa Inggris, namun melihat gambar dan sapuan warna dari hasil karya mereka ada bakat besar mereka untuk menjadi seniman dan illustrator . 

    Adalah sangat menyenangkan untuk bisa memfasilitasi anak didik kita berkarya. Dengan memberi tantangan agar

    mereka lebih kreatif, memberikan ruang serta perhatian, semua itu akan berbekas untuk kehidupan masa depan mereka.

     



  4.       Pernah melamun saat belajar di kelas? Pasti pernah. Tahu tidak ternyata friends, MELAMUN adalah hasil dari overloaded kelebihan beban dari otak kiri kita. Yes, seperti kita tahu kalau otak kita terdiri dari dua belahan, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, atau yang sering kita kenal dengan otak kiri dan otak kanan, ya. Then, saat otak kiri dominan bekerja mulai dari mendengarkan guru, menulis/mencatat, berpikir tentang yang guru sampaikan, serta berdiskusi, sedang otak kanan tidak dipakai alias menganggur, si otak kanan jadi ‘iri’ dan ‘ikut-ikutan’ menyeimbangkan diri dengan partnernya itu (otak kiri) dengan melakukan kegiatan. Dan kegiatan yang paling mudah dilakukan adalah MELAMUN.

          Well Friends, for your information ya, otak kanan kita itu suka hal-hal yang berkaitan dengan gambar, warna, seni/musik, emosi serta khayalan. Itulah yang membuat kita jadi berimajinasi atau melamun. Melamun tentang apa saja yang pernah kita alami ataupun berkhayal yang tervisualisasi dalam otak kita. 

          Selain melamun, ‘menganggurnya’ otak kanan juga mengakibatkan usaha kita belajar keras, namun hasilnya minim. Mulai dari susah berkonsentrasi, tidak kreatif, susah memahami pelajaran, serta meski belajar namun mudah lupa. 

            Nih, Untuk lebih jelasnya ketahui apa yang otak kiri dan otak kanan suka.
    Otak Kiri
    -          Suka bahasa
    -          Angka
    -          Analisa
    -          Logika
    -          Urutan
    -          Hitungan

    Otak Kanan
    -          Kreativitas
    -          Konseptual/pemahaman
    -          Seni/musik
    -          Gambar/ warna
    -          Dimensi
    -          Emosi
    -          Imajinasi



    Nah setelah mengetahui apa kesukaan si  Otak Kiri dan Otak Kanan, lalu bagaimana menyeimbangkannya agar efektif dalam belajar?

    Tentunya beberapa kesukaan masing-masing otak seharusnya kita terapkan dalam proses belajar kita. Beberapa tips berikut bisa dicoba!

    1.   --  Belajar lewat buku-buku yang banyak ilustrasi gambarnya (bisa lewat educomic)
    2.   --   Menggunakan highlighter (pulpen warna) dengan menggarisbawahi catatan-catatn penting dari buku cetak atau catatan dalam buku tulis
    3.   ---   Memvisualisaikan apa yang sedang dipelajari (menggambarkannya dalam otak kita)
    4. ---     Lagukan apa yang dipelajari. Ingat pernah belajar lewat lagu seperti saat kita masih di TK.
    5.  ---    Menuliskan kembali apa yang dipelajari disertai dengan ungkapan emosi atau gambarkan emoji dalam catatan tersebut.
    6.   ---   Belajar menggunakan mind map.
    7.   ---   Menulislah di udara. Cara ini bisa dipakai saat kesulitan mengiungat penulisan ejaan tertentu misalnya ejaan bahasa Inggris

    Meski sederhana 7 tips di atas jika kita menerapkannya dengan baik serta niat yang tulus belajar dengan hati. InsyaAllah tidak sulit bagi kita untuk belajar lebih efektif dan mendapatkan hasil yang lebih baik pula. Mau mencoba?


  5. Sebenarnya apa sih tujuan  anak bersekolah? Tidak lain tidak bukan pastinya untuk mendapatkan ilmu agar menjadi lebih pintar, kan?  Lalu dengan tujuan yang baik serta usaha keras untuk mendapatkan ilmu tersebut, mengapa masih banyak siswa yang gagal? 

        Gagal yang dimaksud di sini bukan dilihat dari hasil raport rata-rata bawah, ya, namun hal yang lebih penting esensi daripada sekedar nilai, yaitu gagal dalam mengembangkan kemampuan belajar, memahami serta kemampuan menciptakan yang sebenarnya sudah mereka bawa sejak lahir.
                                        

       Foto: Pixabay.com

        Mencari tahu bagaimana ini terjadi, seorang kritikus pendidikan terkemuka dari USA yang bernama John Holt membuat sebuah penelitian dan  menuliskan hasilnya dalam bukunya yang berjudul 'Mengapa Siswa Gagal.'  

       John Holt mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada seorangpun  dilahirkan dalam keadaan bodoh (yang dimaksud disini tentunya bayi yang dilahirkan sehat jasmani dan rohani). Beliau mengatakan bahwa faktor intern siswa terkait dengan gaya hidup mereka serta pengaruh pendidik berperan besar menjadikan siswa pintar atau bodoh. 

    Pengaruh Gaya Hidup yang Menjadikan Pintar dan Bodoh

    Gaya hidup yang dikatakan berpengaruh menjadikan anak bodoh atau pintar, sejatinya didasarkan bukan pada seberapa besar pengetahuan yang dia punya, melainkan pada sebuah sikap. Sikap saat seseorang berada pada situasi sulit yang dia tidak tahu harus melakukan apa. Cara berperilaku dalam berbagai situasi. Terutama pada situasi yang baru, asing dan membingungkan. 

    Perbedaan Gaya Hidup Manusia Berintelegensi (cerdas) dan Nirintelegensi (bodoh)

    Bagaimana sikap atau gaya hidup manusia cerdas dan belum cerdas? Ternyata hal ini bisa dilihat dari berbagai sikap saat menghadapi situasi baru, saat menemukan kegagalan dan hal yang lain akan ditemuinya. Berikut ulasan yang bisa dijadikan patokan ya, Guys!

    Perilaku Saat Menghadapi Persoalan atau Situasi Baru

    Orang cerdas baik muda atau tua ketika menghadapi suatu persoalan atau situasi baru akan membuka diri terhadap situasi tersebut. Dia mencoba memahami sesuai pikirannya dan mempersepsikan segala sesuatu menurut kesanggupannya. Alih-alih memikirkan dirinya sendiri atau apa yang mungkin akan terjadi pada dirinya, dia bergumul dengan persoalan dan situasi baru itu dengan berani, imajinatif, pandai, percaya diri, atau paling tidak penuh pengharapan.

    Hal ini sangat berbeda dengan non intelegensi. Nir Intelegensi (non intelegensi) merupakan cara berperilaku yang lahir dari serangkaian sikap yang  benar-benar berbeda. Anak yang cerdas selalu ingin tahu tentang hidup dan realitas, sigap untuk berhubungan dengannya, merengkuhnya serta menyatukan diri dengannya. Tidak ada tembok pemisah atau rintangan antara dia dan kehidupan.

    Anak yang bodoh sangat kurang ingin tahu, jauh kurang tertarik dengan apa yang terjadi dan nyata, lebih senang hidup dengan angan-angan. Anak yang cerdas senang melakukan percobaan, mencoba hal-hal baru. Anak cerdas hidup sesuai rumus bahwa ada lebih dari satu cara dalam mengalahkan kesulitan. Anak yang bodoh biasanya takut mencoba cara apapun, bahkan dibutuhkan usaha keras untuk meyakinkan agar dia mau mencoba bahkan sekali saja. Bila percobaan yang dia lakukan itu gagal, dia selesai.

    Kesabaran Saat Menemukan Kegagalan

    Anak yang cerdas biasanya sabar, sanggup bertoleransi terhadap ketidakpastian serta kegagalan, dan akan terus mencoba sampai menemukan jawabannya. Ketika menemukan kegagalan, mungkin saja itu akan mengganggunya tetapi dia bisa bersabar. Namun tidak dengan anak bodoh, setiap kali pertanyaan yang tak terjawab bukan merupakan tantangan atau kesempatan, melainkan suatu ancaman. Artinya, jika dia tidak segera menemukan jawaban maka dia ingin jawaban diberikan dengan segera.

    Merasa Dirinya Banyak Tidak Tahu

    Anak yang cerdas bersedia terus maju karena merasa dasar pengetahuan yang mereka punya tidak sempurna. Mereka bersedia bersusah payah untuk mendapatkan petunjuk apa yang dia tidak tahu. Sebagai contoh, anak-anak cerdas akan selalu membaca buku yang belum dipahami dengan harapan agar setelah beberapa waktu ia menjadi paham sehingga dia tahu pentingnya membaca.

    Anak cerdas merasa bahwa alam raya secara keseluruhannya dapat dipersepsi, rasional, dan merupakan tempat yang nyaman. Sementara anak-anak bodoh akan merasa bahwa alam raya ini tidak dapat diprediksi serta berbahaya. Dia merasa bahwa dia tidak pernah dapat memperkirakan apa yang mungkin terjadi, terlebih lagi dalam situasi baru.

    Dari banyak uraian diatas, jadi apa yang bisa ditangkap? 

    Hal pertama adalah bahwa tidak ada seorang  yang dilahirkan dalam keadaan bodoh.  Analoginya seperti ini, dalam  proses pembelajaran seorang bayi sampai masa kanak-kanak, gerak-geriknya memperlihatkan gaya hidup, hasrat penuh serta kemampuan belajar yang bisa kita sebut jenius. 

    Perhatikan perkembangan bayi manusia mulai dari mendengar, belajar, mengamati, berjalan, berlari, menirukan, berbicara sampai pada kemampuan yang lainnya,  mengalami perkembangan yang pesat tentang dunia ini hanya dalam tiga tahun saja, betul, kan? 

    Dan amazingnya kalau kita cari tahu lebih dalam lagi, ternyata hampir tidak ada satupun dari seribu atau sepuluh ribu orang di dunia ini yang sanggup belajar pesat selama tiga tahun dalam hidupnya seperti layaknya bayi.   Wow Masya Allah ya.

    So, bercermin pada tingkat intelegensi seorang bayi, seseorang dikatakan pintar atau tidak, bukan berfokus pada seberapa besar pengetahuan dalam cara bertindak melainkan cara berperilaku saat dalam situasi yang blurr, saat berada dalam situasi tidak tahu apa yang dilakukan. Intelegensi yang dimaksud adalah suatu gaya hidup, cara berperilaku dalam berbagai situasi, terutama situasi yang baru,asing dan membingungkan.

    Dari penjelasan di atas juga tersurat bahwa sebenarnya  intelegensi bisa anak raih jika mereka menerapkan gaya hidup orang cerdas. Namun sayangnya terkadang tidak kita sadari banyak kreativitas  dan intelektual anak-anak hilang karena beberapa kesalahan orangtua dan guru. Faktor intern dan extern dari lingkungan sekitarnya begitu berdampak dalam kecerdasan anak. 

    Dan bagaimana dengan penulis sendiri?

    Hihihi...bagi saya sendiri, saya merasa bertambahnya umur jadi kurang cerdas.  Kalau dipikir-pikir mungkin itu karena faktor umur dan salah satunya juga karena gaya hidup non intelegensi yang saya terapkan. Jadi malas, masa bodoh, tidak sabaran, maunya selalu di comfort zone apa saja gampang didapat tanpa banyak usaha.  Padahal semua itu buat pengaruh nggak baik ke depannya, ya.  but well..setelah tahu sadar akan kelemahan diri dan  mau merubah gaya hidup jadi cerdas sekarang tampaknya tidak terlambat, bukan? Hehehe...